Alegori
www.dionisiusandika.com – Siang terik. Mendung panik. Khawatir tak sanggup ejakulasi hari ini. Gemulung kumulus melangkah menjauh. Mentari kian berdiang angkuh.
Di hamparan bumi yang asing, manusia berkerabat dengan anomali. Tak mampu menggagahi matahari. Tak sanggup menahan hujan. Tak kuasa mengungkung mendung. Tak bisa menyemai harapan. Begitulah.
Asa membentur waktu dan ikut berlalu. Kekosongan menjadi pasti. Kenyataan berselingkuh dengan kemayaan. Mengkhianati kesejatian yang belum pernah ada.
Nama Tuhan digemakan dari mulut-mulut rumah ibadah yang adalah kuburan kejujuran. Manusia yang bimbang meyakininya sebagai panggilan. Mematut diri dan memamerkan kepura-puraan. Mereka dilayani dan diamini.
Akhirnya, anomali disyukuri sebagai yang memang seharusnya terjadi. Lalu, matahari mematahkan satu per satu cahayanya. Menyingkir dari kebutaan pikir. Mendung tertawa melihat kaum pandir. Hari ini, angin memilih menjadi semilir. Begitulah.